Clap Your Emotions: Siapa Saja Boleh Menangis

Bertepatan dengan “Jumat Kreatif” kedua di semester ini, Sekolah Gunung Merapi (SGM) mengawali bulan Maret di tahun 2019 dengan menggelar acara yang diberi nama Clap Your Emotions. Tujuan dasar dari “Jumat Kreatif” yang diadakan setiap minggu di SGM sebenarnya menyasar pada perkembangan kreativitas, imajinasi, dan memberikan kebebasan berekspresi pada anak-anak. Namun, di “Jumat Kreatif” kali ini SGM juga berusaha menyelipkan sedikit edukasi tentang macam-macam emosi kepada anak. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Harapannya, selain anak-anak dapat bebas berkreasi, ada pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan ini.

 

Mengenal dan mengendalikan emosi adalah hal yang penting untuk diajarkan sejak dini. Bagi anak-anak yang bermukim di wilayah rawan bencana seperti lereng Merapi, hal ini akan sangat membantu untuk mengatasi trauma pasca bencana. Menangis, boleh. Marah, tidak apa-apa. Takut itu hal yang manusiawi. Sebagai manusia kita tidak dapat mencegah emosi itu untuk datang, yang bisa dilakukan adalah mengenalinya dan mengendalikannya. Kira-kira begitu tujuan yang ingin dicapai.

Mengembangkan kecerdasan emosional:
Berpotensi untuk membantu mencegah anak-anak dari dampak trauma jangka waktu panjang.

 

Acara dimulai tepat pukul dua siang. Mendung yang menggelayut di langit siang hari itu tak menyurutkan semangat anak-anak untuk datang dan berpartisipasi menyanyikan lagu Generasi Tangguh sebagai pembuka acara. Tampak raut gembira tergambar di wajah dari masing-masing anak ketika waktu mengikuti permainan yang dipandu oleh salah satu relawan SGM tiba. Selain membuat suasana lebih nyaman dan bersahabat, tujuan permainan tersebut adalah untuk mengelompokkan anak-anak dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan tiga hingga lima orang.

 

Cuplikan film Inside Out sudah dipersiapkan sebagai rangkaian acara selanjutnya. Anak-anak duduk di kelompok masing-masing dengan satu relawan SGM yang menjadi pemandu, kemudian video berdurasi tiga menit tersebut dipertontonkan. Cerita tentang sang tokoh utama yang baru lahir, lalu diikuti oleh munculnya lima emosi di dalam dirinya berhasil meraih atensi penuh anak-anak. Itu terlihat ketika Anisah, salah satu relawan sekaligus pemandu acara utama Clap Your Emotions selanjutnya mengajak anak-anak mengulas dengan singkat cerita apa yang berhasil mereka dapatkan dari video tersebut. Dengan antusias, anak-anak berhasil menyebutkan nama-nama emosi yang muncul dalam video: Riang, Sedih, Marah, Jijik, dan Takut. Mereka juga cermat mengamati situasi apa yang membuat masing-masing emosi mengendalikan diri si tokoh utama.

Belajar membedakan emosi: menggunakan media sederhana untuk membantu anak-anak untuk membedakan perasaannya dan biar sadar dengan bagaimana emosi bisa mempengaruhi perilakukan orang.

Berdasar pada pengetahun soal emosi yang berhasil didapatkan dari video tersebut, kini muncul foto-foto situasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa gambar yang ditunjukkan adalah sampah yang berserakan di pinggir jalan dan dua anak kecil yang hendak bertengkar. Anak-anak diminta untuk mengidentifikasi emosi apa yang muncul ketika melihat gambar tersebut. Semuanya responsif dan menjawab dengan kompak, hingga muncul muncul foto seekor ikan laut dalam yang terlihat aneh. Menariknya, beberapa anak mengatakan jijik, tapi ada juga yang mengatakan takut.

Hasil cerita anak-anak dari kegiatannya eksplorasi perasaan.

Sebagai puncak acara Clap Your Emotions, aktivitas identifikasi emosi dengan melihat gambar masih berlanjut. Bedanya, kini anak-anak akan lebih fokus pada kelompok dan mengekspresikan emosi tersebut ke dalam gambar serta tulisan sederhana. Lima gambar, masing-masing menunjukkan situasi yang mengandung emosi riang, sedih, marah, takut, dan jijik, diberikan secara bergilir. Beberapa anak masih malu dan sedikit bingung ketika melihat gambar-gambar yang diberikan. Namun banyak juga yang langsung menyahut dan menyebutkan emosi yang muncul dari dalam diri mereka.

 

Di kertas kecil, tangan-tangan mungil itu mulai menggambar wajah dengan ekspresi tertawa ketika melihat gambar anak-anak yang sedang bermain hujan. Dengan warna-warna cerah mereka memberikan senyum lebar pada gambar tersebut. Setelah selesai, mereka kemudian menuliskan aktivitas atau hal apa yang biasanya bisa membuat mereka senang. Ada yang menulis satu kalimat, ada juga yang sampai berbentuk cerita satu paragraf singkat. Aktivitas menyenangkan tersebut diteruskan hingga terkumpul lima gambar dari masing-masing emosi yang berbeda.

Siapa yang menyangka jika hal sesederhana menempel kertas bisa sangat menyenangkan bagi anak-anak? Semua anak bergiliran membubuhkan lem pada kertas-kertas yang sudah mereka gambar dan menempelkannya pada sebuah karton. Selesai dengan keseruan menempel kertas, anak-anak kembali membuat lingkaran besar, formasi sama yang diminta ketika mereka menyanyikan lagu Generasi Tangguh. Namun untuk kali ini, sebuah lagu baru diperdengarkan. Judulnya Clap Your Emotions, sama dengan judul acaranya. Selain untuk membuat anak-anak bersemangat, lirik lagu ini secara eksplisit memberi anjuran agar mereka dapat mengekspresikan emosinya.

“Jika kau rasa sedih peluk teman”: semua perasaan kita, termasuk yang tidak bahagia, adalah perasaan yang semua orang ada dan penting untuk diakui. Lagu sederhana ini tujuannya untuk memperkenalkan strategi positif saat kita mengalami perasaan seperti sedih, takut dan marah.

Jika sedih memeluk teman, jika marah tarik nafas, jika senang berteriak hore, jika jijik bersih-bersih, jika takut teriak tolong. Lirik sederhana dan nada yang mudah diikuti. Keduanya jadi resep yang membuat anak-anak bersemangat menyanyikan lagu itu sambil berputar dan memperagakannya hingga dua kali.

 

Sebelum acara ditutup, anak-anak diajak untuk duduk sebentar dan Anisah mulai menerangkan tentang emosi yang selama ini didefinisikan sebagai perasaan negatif. Anak-anak memperhatikan dengan seksama ketika Anisah menjelaskan jika emosi adalah perasaan-perasaan yang muncul ketika kita melihat, mendengar, atau melakukan sesuatu. Emosi merupakan respon natural manusia terhadap hal sekitarnya, jadi ia tidak seharusnya dipendam. Dicontohkan, jika marah tarik nafas untuk tetap tenang seperti yang ada di lirik lagu, atau menuangkannya dalam bentuk corat-coret, bahkan menangis pun tak apa. “Tapi jangan marah terus mukul teman,” terang Anisah diikuti oleh anggukan anak-anak.

“Cowok boleh nangis, nggak?”

Pertanyaan terakhir ini mengundang kur, “Nggak boleh!” dari anak-anak.

Dalam kesempatan ini, Anisah menyelipkan pemahaman baru jika tidak ada yang salah dengan cowok menangis. “Semua manusia, semua punya emosi,” kata Anisah. Tentu saja setelah penjelasan tersebut anak-anak masih kompak menjawab jika laki-laki tak seharusnya menangis. Proses edukasi perlu waktu, hasilnya tak bisa terlihat seketika. Sehingga, ke depannya mungkin akan ada acara dengan tema yang mirip sebagai kelanjutan dari acara ini. Semoga saja bisa terlaksana dalam waktu dekat.

 

Sore itu dengan gerimis tipis yang turun anak-anak pulang dengan senyum mengembang. Acara ini menyenangkan dan tidak membosankan, begitu kata mereka. Mendengar itu hati para relawan SGM pun lega. Setidaknya, walaupun tidak sempurna, tujuan dari acara Clap Your Emotions dan “Jumat Kreatif“ ini sudah bisa dilaksanakan.

***

Terima kasih banyak kepada setiap anak yang sudah mengikuti kegiatan ini serta para volunteer yang mendampingi.

Artikel ini ditulis oleh Ardelia Karisa, anggota relawan yang sudah gabung di SGM sejak Januari 2019.

Terima kasih banyak juga kepada Anisah Zuhriyati atas masukkannya dan bantuannya dalam mengedit.

Kelompok 1 bersama Miss Lieska (relawan SGM) sebagai pendamping membuat kreasi bentuk hati agar semua karya anak-anak dapat ditempel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *